FALSAFAH SENI BELA DIRI PENCAK SILAT
tulisan ini dibuat untuk mengenang para guru kami

falsafah secara etimologi adalah mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang dalam yang dijadikan sebagai pandangan hidup*) 


jika dipadukan dengan pencak silat, maka arti falsafah pencak silat ialah pengungkapan pemikiran yang dalam tentang pencak silat yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup.


satu kalimat yang selalu menjadi beban pikiran saat penulis masih ikut latihan di perguruan singa manda di kp Kaserangan, wilayah pesisir utara kabupaten serang, salah satu guru pernah berujar disela-sela latihan "al qur`annya pesilat itu ya jurus".

Dari ungkapan ini mendorong penulis untuk mencari tahu maksudnya, karena selama belajar baik dari teman atau masyarakat pada umumnya belajar pencak silat ya untuk bela diri, dan bagaimana mungkin beliau mempersamakan alqur`an dengan jurus (pada kontek sebagai bahan pengetahuan).

Melewati pencarian panjang alhasil ada beberapa poin yang dapat penulis sajikan semoga ini menjadi hal baik pertama sengaja ditulis di blog karena penulis ga bisa nyimpen buku, yang kedua ga perlu ribet ngumpulin temen atau buat acara  seminar tuk nyampain materi, ringkasnya file saya aman dan bagi yang mau baca ga perlu datang ke saya.

1. makna sikap pasang

       sikap pasang adalah sikap mula seorang pesilat sebelum mergakan jurus, dalam sikap pasang ini yang harus diperhatikan adalah pilihan kuda-kuda, sejajar atau kiri depan/kanan depan. baik sejajar atau menghadap (kanan depan/kiri depan) kedua mengharuskan pada arah dada yang menghadap ke depan (tidak membungkuk) dan pandangan mata ke depan (tidak nunduk dan tidak mendongak ke atas).
       secara umum makna dari sikap ini adalah kesiapan hidup, dan pengaturan diri dimana saat kita harus bersama-sama dalam kedudukan yang sama (kaki sejajar) dimana kita harus jadi pemula penggagas (kanan depan) atau bahkan jadi pendukung (kiri depan).
      sedang dada membidang adalah wujud keterbukaan (lapang dada) dan kesiapan menghadapi resiko, sedang pandangan ke depan adalah wujud progresif, tidak rendah diri (dengan menundukan kepala) atau sombong dengan mendongakkan kepala. 

"pada bagian kepala saya mendapat pelajaran langsung saat saya sedang memperaktekan beberapa jurus dan karen kurang yakin sambil berharap bisa diarahkan saya sesekali coba arahkan pandang sama sang guru spontan beliau bilang: 
          "raikuh aja celingak-celinguk urus jalan ira gawa raga sira endahbe tetanggamah, pegel sira ari delang-deleng tetangga baemah mending sirane mampu barang ora, ruwed dewek"

terjemahnya kurang lebih seperti ini:

"muka kamu jangan tengok kiri tengok kanan, urus saja jalan kamu dan bawa raga kamu biarkan yang ada di sisi kiri kanan, cape kalau lihat tetangga terus mending kita mampu kalau tida, pusing sendiri"

dari ungkapan inni dapat penulis simpulkan bawah setiap kita punya jalan hidup sendiri-sendiri dan tidak perlu lihat/meniru gaya hidup tetangga karena kita tidak bisa mengukur kemampuan kita.